Perbedaan antara SD dan SMP sangat kerasa banget.
Ini mungkin karna gue dari SD swasta dan masuk ke SMP negri. Di SD gue amat sangat terkenal calm dan cengeng. Waktu botol minum gue di ambil ama temen gue, gue kalau ga nangis, ya gue bakal nyodorin temen gue ke pinggir tembok pembatas tingkat dua , singkatnya, mau gue jatohin dari lantai 2 sekolah gue.
Waktu main petak umpet di waktu SD, gue sering di usilin ampe gue nangis. mereka ngusilin gue bak Macan Ayan yang ga dapet buruan 3 tahun, niat banget buat ngebikin gue nangis. Gondok gue di gituin, pengen gue ambil botol minum Tupperwer gue, lalu gue timpukin ampe kepala mereka bocor dan mereka bakal tau siapa bosnya. Tapi kenyataan berkata lain, gue yang gondok, pasrah, nangis, bukan karna di usilin, tapi karna gue kepeleset jatoh dari tangga (ga nyambung).
Anyway, masa suram di SD berakhir setelah gue masuk ke SMP. Awalnya gue ngerasa asing karna yaa, cuma gue sendiri yang masuk di SMP ini dari SD gue. Muridnya asik-asik. Awalnya gue dapet duduk di sebelah Rian (bukan Homo dari Jawa) yang berperawakan kurus cungkring tinggi berkacamata. Dia juga pintar, dan dia tidak sadar untuk beberapa bulan akan ada bencana besar yang akan membahayakan kepintarannya itu ada di sebelah dia sekarang. Beberapa bulan itu berlalu, diapun tersadar, dan gue akhirnya pindah ke tempat duduk belakang sudut. Temen sebangku Gue namanya herdi (dia bukan homo) berperawakan ga tinggi tinggi amat, botak, nakal, dan kadang-kadang kalau di kelas sedang gelap gulita, kepalanya akan bersinar dengan cantik bak Lampu taman makam pahlawan.
Disini gue ketemu tementemen geng gue yaitu Rahim, Rike, Aidil, Ipan, dan Herdi. Mereka adalah sahabatsahabat gue yang berawal dari kelompok grup musik di pelajaran seni. Rahim adalah anak ketiga dan dia kembar, kembarannya bernama Rahman yang lahir lebih dulu dari dia.
Kelas 1 SMP gue masuk siang pada masa itu. Kecuali jika olahraga pada pagi hari dan gue tidur di malam hari. Sepulang dari pelajaran Olahraga gue ama temen-temen gue biasanya ngumpul di rumah si kembar yaitu Rahim, karena ya rumah dia selain deket dengan sekolah, rumahnya juga lumayan besar. Rike adalah santapan lezat bagi mulut tak beradab di geng kami, Aidil. Nasib buruk akan menimpa Rike jika sudah Aidil yang angkat bicara. Sesekali juga gue yang jadi sasaran si Aidil, karna cuma gue yang berbadan besar diantara mereka dan bertampang dongo di antara mereka juga.
Puncak ke gokilan kita ada di kelas 3 SMP. Di sini juga, kenakalan itu berlanjut, kala itu Permainan yang cukup terkenal di SMP gue adalah "Nendang botol/kaleng Rame-Rame di kelas". Saat permainan lagi seru-serunya, Herdi, temen sebangku gue, yang sedang duduk di meja guru, mengalami kecelakaan tragis. Salah satu temen gue nendang botol Air mineral itu, dan dengan bunyi bak sangkakala "JETAAKK" "ADUHHHH" , kepala herdi yang berkilau itu akhirnya ternodai terkena ujung Botol itu. Guru pengawas datang, dengan perawakan kumis tebal, badan besar, buncit, dan bersuara unik. Uniknya suara beliau karna tidak sesuai dengan mukanya yang sangar, suaranya yaa, kaya suara katak poligami kejepit getek. Cempreng abissss!. Saat itu dia bertanya dengan merdu suara kumbang "Siapa saja tadi yang main?", Kelas hening. "Jujur!" Ujarnya gondok, rupanya si Aidil ketahuan dan dia yang di panggil duluan. Aidil pun menunjuk Rahim, Rike, dan afdel. "Siapa lagi?" uujar sang bapak, "Herdi tu pak, herdi ikut juga" ujar Rahim yang tak berperikawanan dan antusias. Herdi, sambil menutup bekas visum yang ada di kepalanya pun ikut berdiri didepan kelas. "kenapa kepala kamu ?" Bapak penasaran, "Ga ada pak" Jawab herdi tegang. "Coba Buka!" Dia pun membuka bekas penganiayaan sang botol Air Mineral. Suasana hening terpecah dengan gemuruh tawa yang membahana, terlebih gue rahim aidil dan rike yang sahabatnya diapun ikut tertawa. Kepala Herdi Benjol! Bukan memar atau apa, tapi BENJOL ! Bulat, merah, merona kayak ujung Rexona. Benjol bukan Benjol biasa memang. Di hari itu semua bergembira, semua berbahagia, terkecuali Herdi yang, Ber-benjol Ria.
Disinilah gue tau, bahwa sahabat juga manusia, yang ga luput dari tawa. Kita lihat Rahim, Aidil, Rike, dan gue temen sebangku sekaligus sahabatnya herdi, ikut tertawa, bukan membela atau care ama herdi yang kepalanya udah punya kepala sendiri. Just for Information, gue aidil rahim dan Rike adalah provokator tawa, alias orang yang tertawa paling Binal dan Buas yang memancing ke binalan dan kebuasan di kelas saat itu.
Tapi sampai sekarang, kita masih sahabatan, itulah mungkin kekuatan Persahabatan. Sebinal apa pun anda tertawa, sebuas apa pun anda tertawa, dan sekeras apapun tutup Botol Air mineral, Sahabat tetaplah sahabat. Tak akan lekang hanya karna sebuah Benjolan.
Kelas 1 SMP gue masuk siang pada masa itu. Kecuali jika olahraga pada pagi hari dan gue tidur di malam hari. Sepulang dari pelajaran Olahraga gue ama temen-temen gue biasanya ngumpul di rumah si kembar yaitu Rahim, karena ya rumah dia selain deket dengan sekolah, rumahnya juga lumayan besar. Rike adalah santapan lezat bagi mulut tak beradab di geng kami, Aidil. Nasib buruk akan menimpa Rike jika sudah Aidil yang angkat bicara. Sesekali juga gue yang jadi sasaran si Aidil, karna cuma gue yang berbadan besar diantara mereka dan bertampang dongo di antara mereka juga.
Puncak ke gokilan kita ada di kelas 3 SMP. Di sini juga, kenakalan itu berlanjut, kala itu Permainan yang cukup terkenal di SMP gue adalah "Nendang botol/kaleng Rame-Rame di kelas". Saat permainan lagi seru-serunya, Herdi, temen sebangku gue, yang sedang duduk di meja guru, mengalami kecelakaan tragis. Salah satu temen gue nendang botol Air mineral itu, dan dengan bunyi bak sangkakala "JETAAKK" "ADUHHHH" , kepala herdi yang berkilau itu akhirnya ternodai terkena ujung Botol itu. Guru pengawas datang, dengan perawakan kumis tebal, badan besar, buncit, dan bersuara unik. Uniknya suara beliau karna tidak sesuai dengan mukanya yang sangar, suaranya yaa, kaya suara katak poligami kejepit getek. Cempreng abissss!. Saat itu dia bertanya dengan merdu suara kumbang "Siapa saja tadi yang main?", Kelas hening. "Jujur!" Ujarnya gondok, rupanya si Aidil ketahuan dan dia yang di panggil duluan. Aidil pun menunjuk Rahim, Rike, dan afdel. "Siapa lagi?" uujar sang bapak, "Herdi tu pak, herdi ikut juga" ujar Rahim yang tak berperikawanan dan antusias. Herdi, sambil menutup bekas visum yang ada di kepalanya pun ikut berdiri didepan kelas. "kenapa kepala kamu ?" Bapak penasaran, "Ga ada pak" Jawab herdi tegang. "Coba Buka!" Dia pun membuka bekas penganiayaan sang botol Air Mineral. Suasana hening terpecah dengan gemuruh tawa yang membahana, terlebih gue rahim aidil dan rike yang sahabatnya diapun ikut tertawa. Kepala Herdi Benjol! Bukan memar atau apa, tapi BENJOL ! Bulat, merah, merona kayak ujung Rexona. Benjol bukan Benjol biasa memang. Di hari itu semua bergembira, semua berbahagia, terkecuali Herdi yang, Ber-benjol Ria.
Disinilah gue tau, bahwa sahabat juga manusia, yang ga luput dari tawa. Kita lihat Rahim, Aidil, Rike, dan gue temen sebangku sekaligus sahabatnya herdi, ikut tertawa, bukan membela atau care ama herdi yang kepalanya udah punya kepala sendiri. Just for Information, gue aidil rahim dan Rike adalah provokator tawa, alias orang yang tertawa paling Binal dan Buas yang memancing ke binalan dan kebuasan di kelas saat itu.
Tapi sampai sekarang, kita masih sahabatan, itulah mungkin kekuatan Persahabatan. Sebinal apa pun anda tertawa, sebuas apa pun anda tertawa, dan sekeras apapun tutup Botol Air mineral, Sahabat tetaplah sahabat. Tak akan lekang hanya karna sebuah Benjolan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar