26312645
ABSTRAKSI
Kritik
dalam Arsitektur merupakan salah satu aspek yang paling dalam perkembangan
arsitektur. Kritik arsitektur sudah ada sejak zaman dahulu yang menyebabkan
terus berkembanganya arsitektur itu sendiri. Perkembangan dari masa Renaissance hingga ke masa dimana sering
disebut masa arsitektur Post-Modern ini
tidak lepas dari berbagai kritik yang terjadi yang menyebabkan terjadinya
perubahan. Kritik arsitektur dalam konteks arsitektur Kota diartikan sebagai
kritik yang diberikan untuk mendeskripsikan suata permasalahan atau hal lainnya
yang terkait dengan sebuah kawasan Perkotaan. Hal tersebut bisa dari bentuk
kota, sarana dan prasarana yang memfasilitasi kota tersebut, perkembangan kota
itu sendiri, dan lain – lain. Beberapa jenis kritik arsitektur yakni Kritik
Normatif, Kritik Interpratif, Kritik Impression, dan Kritik Deskriptif. Kritik
pada penulisan ini mengambil sedikit dari kritik Interpretif. Kritik berkaitan
dengan arsitektur kota Depok, khususnya areal Margonda Raya. Fokus isu yang
diambil adalah pedestrian dan Jalan Raya. Kritik dalam konteks arsitektur kota
menyangkut segala aspek arsitektur mulai dari elemen material, elemen estetis,
dan juga tak lepas dari fungsinya. Penulisan yang dilakukan tidak hanya untuk
kritik belaka, namun memberikan sebuah gambaran solusi dari isu yang ada pada
tulisan ini.
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Kritik
dalam Arsitektur merupakan salah satu aspek yang paling dalam perkembangan
arsitektur. Kritik arsitektur sudah ada sejak zaman dahulu yang menyebabkan
terus berkembanganya arsitektur itu sendiri. Perkembangan dari masa Renaissance hingga ke masa dimana sering
disebut masa arsitektur Post-Modern ini
tidak lepas dari berbagai kritik yang terjadi yang menyebabkan terjadinya
perubahan
Kritik arsitektur dalam konteks
arsitektur Kota diartikan sebagai kritik yang diberikan untuk mendeskripsikan
suata permasalahan atau hal lainnya yang terkait dengan sebuah kawasan
Perkotaan. Hal tersebut bisa dari bentuk kota, sarana dan prasarana yang
memfasilitasi kota tersebut, perkembangan kota itu sendiri, dan lain – lain.
Kota Depok merupakan salah satu kota
di Indonesia yang termasuk kota berkembang. Kota Depok sekarang sedang
mengalami fase pembangunan yang cukup intens. Sebagai contohnya kota Depok
sudah mulai membangun bangunan hunian vertikal seperti Apartmen Taman Melati,
Apartment Margonda Residence, Atlanta, dan sebagainya. Padahal pada masa lalu,
Depok tidak memiliki gedung – gedung vertikal yang tinggi seperti sekarang.
Pembangunan ini banyak terjadi di sepanjang Jalan Margonda Raya yang merupakan
jalan utama dan terbesar yang ada di Kota Depok
Kritik Arsitektur pada kawasan Jalan
Margonda Raya di Depok ini dilakukan untuk memberikan sebuah pendapat dari
pengamatan individu terhadap aspek arsitektur kota Depok, mulai dari bangunan,
jalan, fasilitas, dan sebagainya. Kritik ini diharapkan dapat membawa
pengetahuan lebih luas tentang permasalahan kota yang ada di Kota Depok
khususnya di sekitar Jalan Margonda Raya dengan fokus mulai dari Persimpangan Jalan
Juanda-Margonda Raya hingga Tugu Jam sebagai ujung jalan Margonda Raya.
1.2. PERMASALAHAN
a.
Apa
yang dimaksud dengan Kritik Arsitektur yang menyangkut hal tentang arsitektur
kota ?
b.
Apa
yang menjadi permasalahan Kota Depok dalam konteks pembangunan dan arsitektur
Kota?
c.
Bagaimana
cara mengatasi permasalahan kota yang ada pada Kota Depok khususnya di areal
Jalan Margonda Raya
1.3. TUJUAN
Tujuan penulisan ini sebatas memberikan
kritik serta pembahasan dan solusinya dari pandangan pribadi tentang Kota Depok
khususnya pada areal Jalan Margonda Raya. Solusi yang didapat diharapkan bisa
menjadi bahan pembelajaran perkembangan sebuah kota.
1.4. MANFAAT
a.
Menambah
wawasan tentang apa saja yang menjadi permasalahan sebuah kota
b. Dapat
berguna bagi siapa saja yang ingin mengetahui beberapa permasalahan serta
solusinya yang terkait perkembangan arsitektur Kota Depok khususnya Jalan
Margonda Raya
1.5. METODE
Metode yang dipakai untuk kritik arsitektur
ini adalah Kritik Interpretif dimana kritik ini bersifat personal dan tidak memiliki
sifat doktrin, atau sebagainya. Untuk metode penulisan menggunakan metode
deskriptif.
BAB II
KAJIAN TEORI
KAJIAN TEORI
2.1 2.1. KRITIK ARSITEKTUR
Kritik adalah masalah penganalisaan dan
pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas
apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
Jenis – Jenis Metode Kritik :
1. Kritik NormatifAdanya keyakinan bahwa dilingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola standar, atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
Kritik Normatif ini dibagi menjadi beberapa metode yaitu :
a. Metode Doktrin, satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur.
b. Metode Sistemik, suatu norma penyusunan elemen – elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan
c. Metode Tipikal, suatu norma yang didasarkan pada model yang digeneralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik
d. Metode Terukur, sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif.
2. Kritik Interpretif
Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin, klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi. Bertujuan Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagai mana yang kita lihat
Ada 3 Teknik kritik Interpretif yaitu :
a. Advocatory
- Tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman
- Sekedar anjuran yang mencoba bekerja dengan penjelasan lebih terperin
- Menyajikan satu arah topic yang dipandang perlu kita perhatikan secara bersama terhadap bangunan
- Tidak mengarah pada upaya memandang rendah orang lain
b. Evocative
- Mennggugah pengalaman intelektual atas makna yang terkandung pada sebuah bangunan
- Tidak menyajikan argumentasi rasional dalam menilai bngunan
- Tidak dilihat benar atau salah, tetapi mengungkap makna melalui pengalaman ruang yang dirasakan.
- Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa sebagai mana kritikus.
3. Kritik Imperssion
Kritik impressionistic dapat berbentuk :
- Verbal Discourse, Narasi verbal puisi atau prosa
- Caligramme, paduan kata membentuk siluet
- Painting, Lukisan
- Photo Image, gambar/foto
- Modification of Building, modifikasi bagnunan
- Cartoon, fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon
4. Kritik Deskriptif
Kritik deskriptif tampak lebih nyata disbanding metode kritik lain. Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa juka kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih mudah memahami makna sebuah bangunan. Metode ini tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau interprete.
Jenis metoda kritik Deskriptif :
a. Depictive Criticsm
-Static (Grafis)
-Dynamic (Verball)
-Process (Prosedural)
b. Biograpichal Ceriticsm (Riwayat Hidup)
c. Contextual Critism (Peristiwa)
2.2. KOTA DEPOK
Kota Depok adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak tepat di selatan Jakarta, yakni antara Jakarta-Bogor.
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek.
Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 – 140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15%. Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2.
Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai-sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub Satuan Wilayah Aliran Sungai. Disamping itu terdapat pula 25 situ. Data luas situ pada tahun 2005 sebesar 169,68 Ha, dengan kualitas air rata-rata buruk akibat tercemar.
Kondisi topografi berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara: Kali Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Kali Cikeas
Sumber Daya Lahan Kota Depok mengalami tekanan sejalan dengan perkembangan kota yang sedemikian pesat. Sebagaimana kita ketahui berdasarkan data analisis Revisi RTRW Kota Depok (2000-2010) dalam pemanfaatan ruang kota, kawasan pemukiman pada tahun 2005 mencapai 8.915.09 ha (44,31%) dari total pemanfaatan ruang Kota Depok.
Pada tahun 2005 kawasan terbuka hijau tercatat 10.106,14 ha (50,23%) dari luas wilayah Depok atau terjadi penyusutan sebesar 0,93 % dari data tahun 2000. Meningkatnya tutupan permukaan tanah, berdampak terhadap penurunan kondisi alam Kota Depok, terutama disebabkan tekanan dari pemanfaatan lahan untuk kegiatan pemukiman yang mencapai lebih dari 44,31 % dari luas wilayah kota. Sementara luas kawasan terbangun tahun 2005 mencapai 10.013,86 ha (49,77%) dari luas wilayah Kota Depok atau meningkat 3,59 % dari data tahun 2000.
Luas kawasan terbangun sampai dengan tahun 2010 diproyeksikan mencapai 10.720,59 ha (53,28%) atau meningkat 3,63 % dari data tahun 2005. Sementara luas ruang terbuka (hijau) pada tahun 2010 diproyeksikan seluas 9.399,41 ha (46,72%) atau menyusut 3,63 % dari tahun 2005.
Diprediksikan pada tahun 2010, dari 53,28% total luas kawasan terbangun, hampir 45,49% akan tertutup oleh perumahan dan perkampungan. Jasa dan perdagangan akan menutupi 2,96% total luas kota, industri 2,08% total luas kota, pendidikan tinggi 1,49% total luas kota, dan kawasan khusus 1,27% total luas kota. Meningkatnya jumlah tutupan permukaan tanah tersebut, ditambah dengan berubahnya fungsi saluran irigasi menjadi saluran drainase, diprediksikan akan menyebabkan terjadinya genangan dan banjir di beberapa kawasan, yang berdampak terhadap penurunan kondisi Kota Depok.
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
ISI DAN PEMBAHASAN
3.1. PEMBAHASAN PADA INFRASTRUKTUR
KAWASAN JALAN MARGONDA RAYA (Simpang Juanda – Tugu Jam)
Pembahasan untuk kritik arsitektur pada infrastruktur jalan
mencakup fasilitas pedestrian dan fasilitas Jalan Raya,
1.
Pedestrian
Pedestrian di sepanjang jalan margonda memiliki dimensi kurang
lebih 1.5 m. Dimensi ini sudah mencukupi untuk dimensi pedestrian pada umumnya.
Pedestrian berfungsi sebagai area sirkulasi pejalan kaki yang terletak di bahu
jalan. Pedestrian di jalan Margonda sendiri saat ini menurut penulis kurang
efektif. Selain tampilan pedestrian yang kurang menarik, juga banyak beberapa
material pedestrian yang rusak, contohnya ada beberapa yang berlubang. Selain
itu, pedestrian di sekitar jalan margonda sendiri tidak jarang dijadikan
sebagai areal parkir liar kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan teralihkannya
fungsi pedestrian yang sesungguhnya.
Solusi untuk permasalahan pedestrian tersebut
menurut analisis pribadi adalah dengan melakukan pemugaran kembali untuk areal
pedestrian tersebut. Bisa dengan merenovasi ulang areal pedestrian dengan
menggunakan elemen material yang tahan lama seperti beton, paving, dan
sebagainya agar kondisi pijakan tidak mudah rusak. Untuk mencegah terjadinya
parkir liar, perlu diberi batasan yang jelas mana yang sebagai areal parkir dan
mana pedestrian. Untuk tambahan, pedestrian bisa ditambahkan penghijauan agar
pejalan kaki bisa merasa teduh saat berjalan di atas pedestrian tersebut dan
bisa diberikan beberapa elemen Hardscape seperti bangku taman atau tiang lampu
yang berfungsi sebagai tempat istirahat dan penerangan saat malam hari.
2. Jalan Raya
Jalan
disepanjang Jalan Margonda Raya ini sudah bisa dibilang cukup besar untuk
dilalui semua jenis kendaraan mulai dari tipe kendaraan roda 2 sampai tipe
kendaraan besar seperti bus, truk, dan sebagainya. Permasalahan yang kerap
muncul yaitu kemacetan lalu lintas di beberapa titik tertentu seperti di
sekitar Plasa Depok, pertigaan Juanda, dan dibeberapa putaran balik yang ada di
sepanjang Jalan. Hal ini mungki kerap menjadi pemicu kemacetan yang terjadi di
sepanjang Jalan Margonda Raya.
Pada areal sekitar Plasa Depok
sendiri kemacetan mungkin bisa dikaitkan dengan banyaknya angkutan umum yang
berhenti sembarangan, padahal sudah ada pembatas khusus untuk mobil angkutan
umum. Pada pertigaan jalan Juanda, kemacetan disebabkan karena penumpukan
kendaraan di jam tertentur, biasanya saat jam pergi dan pulang kerja, jalan
tersebut pasti selalu mengalami kemacetan. Sedangkan untuk putaran balik juga
menjadi faktor dimana bisa terjadinya kemacetan dikarenakan volume kendaraan
yang terkadang tinggi dan juga kendaraan yang melintang terlalu lama saat
berputar di putaran balik tersebut.
Solusi dalam konteks arsitektur
sendiri pada areal tertentu yang sering dilewati angkutan atau penyebrang
jalan, diberi sebuah tempat khusus yang lebih efisian dibanding sebatas
pembatas jalan. Contohnya seperti memberikan fasilitas skybridge yang berhubungan langsung dengan sebuah area tempat
menaikan/menurunkan penumpang angkutan umum sehingga jalan raya aktivitas
didalamnya tidak terganggu oleh orang yang menyebrang atau angkutan yang
berhenti di sembarang tempat.Untuk konteks sosial sendiri, diperlukan kesadaran
masyarakat yang menggunakan Jalan Margonda ini agar selalu tertib saat
berkendara dan mungkin pendapat pribadi sendiri, kurangi menggunakan mobil
pribadi jika hanya berkendara sendirian. Hal kecil bisa membuat perubahan
besar.
Penghijauan untuk setiap sisi jalan
mungkin sangat diperlukan, tidak hanya dipinggir jalan, tetapi pembatas tengah
jalan juga perlu dihijaukan, karena selain menjadi peneduh, pohon juga bisa
menjadi peresap untuk air dan juga sebagai paru – paru kota Depok sendiri.
BAB IV
PENUTUPAN
4.1.
KESIMPULAN
Kritik adalah masalah penganalisaan dan
pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas
apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Ada beberapa metode kritik yang
sering dipakai diantaranya; Kritik Normatif, Kritik Interpretif, Kritik
Impression, dan Kritik Deskriptif. Jenis kritik tersebut memiliki pengertian
yang berbeda – beda.
Kota Depok merupakan sebuah kota yang terletak
di perbatasan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Kota Depok dalam
konteks arsitektur kota sedang mengalami pembangunan yang signifikan. Jalan
Margona Raya merupakan Jalan Utama untuk Kota Depok sendiri tidak lepas dari
perkembangan kota Depok. Banyaknya pembangunan gedung vertikal di kawasan jalan
Margonda Raya ini bisa menjadi contoh perkembangan kota Depok.
Perkembangan kota sendiri tidak luput dari
permasalah kota yang ada. Dalam penulisan ini, penulis membahas tentang
infrastruktur yang berfokus pada infrastruktur Jalan Margonda Raya mulai dari
persimpangan Juanda sampai ke Tugu Jam Depok. Permasalahan yang dibahas yaitu
permasalahan yang menyangkut pedestrian (jalur pejalan kaki) dan akses Jalan
Raya itu sendiri.
Permasalahan pedestrian yang dibahas yaitu
tentang kelayakan fungsi dari pedestrian. Pedestrian di bahu jalan tersebut
masih banyak yang rusak, walaupun sekarang sudah mulai direnovasi. Selain
material untuk step pedestrian yang
rusak dan kurang estetis, kurangnya penerangan di areal pedestrian juga menjadi
perhatian. Kurangnya penerangan membuat pedestrian pada malam hari tidak
terlihat indah. Selain itu penghijauan juga dirasa perlu diberikan di areal
pedestrian, berguna sebagai peneduh dan penambah oksigen kota.
Permasalahan jalan raya sendiri tidak luput
dari kemacetan yang diakibatkan oleh banyaknya faktor seperti angkutan yang
berhenti disembarang tempat, pejalan kaki yang menyebrang sembarangan..
Solusi untuk kedua isu di atas bisa berupa
sebuah tindakan pemerintah untuk lebih memperhatikan penataan ruang jalan
Margonda ini, tidak hanya jalan rayanya saja, tetapi infrastrukturnya juga
harus diperhatikan.Untuk areal pedestrian mungkin disarankan membenahi elemen –
elemen yang rusak dan me-maintance dengan
baik, juga member sentuhan Hardscape seperti
bangku untuk istirahat dan lampu penerang pedestrian, serta penghijauan
disepanjang pedestrian tersebut. Untuk mengurangi kemacetan sendiri bisa dengan
membuat sebuah fasilitas penyebrangan seperti tunnel atau JPO di berbagai titik rawan macet, memberikan juga
sebuah fasilitas untuk angkutan umum dimana mereka harus berhenti.
4.2.
SARAN
Saran saya sebagai penulis, pembenahan
sebuah kota perlu perencanaan yang matang. Tidak hanya pemerintah, urban planner, arsitek, atau pejabat
saja yang berpartisipasi dalam pembenahan, tetapi peran masyarakat juga
diperlukan agar kota beserta infrastrukturnya bisa berkembang dalam fungsi
maupun estetika.
DAFTAR PUSTAKA
File PDF bisa di download di SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar